Sejarah Sekolah

Sejarah Sekolah

SEJARAH SINGKAT SD TARAKANITA 2
________________________________________

I. Periode Awal 1957-1960

II. Periode 1960-1973

III. Periode tahun 1973-2020

IV. Periode Tahun 2021 – sekarang


________________________________________
I. Periode Awal (1957-1960)
    Unit SD Tarakanita 2, adalah sekolah kedua yang dikelola oleh suster-suster Tarekat Cinta Kasih Carolus Boromeus, dalam karyanya di bidang pendidikan di keuskupan Agung Jakarta. Sekolah pertama adalah SD Tarakanita I yang terletak di Jalan Barito (Blok B) masyarakat lebih mengenalnya dengan Tarakanita Blok B. Berdasarkan akta pendirian sekolah, unit TK/SD Tarakanita 2, berdiri pada tanggal 15 Agustus 1957 Keberadaan sekolah ini, sampai pada kondisi seperti saat ini melalui suatu perjalanan panjang, melalui beberapa tahapan. Perintis sekolah ini adalah Taman Kanak-kanak, yang tempat belajarnya masih menumpang di Gedung Gereja Paroki Santa Perawan Maria Ratu. Masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Gereja Santa, yang terletak di seberang sekolah ini (pertemuan Jalan Wolter Monginsidi dan Jalan Suryo) Keadaan ini berlangsung kurang lebih 3 tahun, sambil mempersiapkan lokasi yang sekarang ditempati. Pada masa itu Jakarta, khususnya kawasan Kebayoran Baru masih merupakan Kampung besar yang daerahnya terdiri dari rawa-rawa dan persawahan. Lokasi sekolah ini, pada masa itu merupakan daerah persawahan yang ditengahnya mengalir sungai Kali Krukut. Dari Jalan Wolter Monginsidi (saat ini). Sampai ke Pulo Raya terbentang sawah dan rawa-rawa. Rumah penduduk masih bisa dihitung dengan jari. Dari cerita diatas bisa kita simpulkan bahwa daerah ini memang daerah persawahan. Misalnya Kampung Sawah, Rawa Barat, Pulo (daerah yang dikelilingi rawa/sawah sehingga menyerupai). Karena letaknya yang lebih rendah dari daerah sekitarnya, dilalui aliran sungai maka tidak heran daerah ini menjadi rawan banjir. Bangunan sekolah yang terletak di Jalan Wolter Monginsidi ini dibangun antara tahun 1958-1959. Bangunan yang didirikan bukanlah semi permanen yang sederhana, terdiri dari satu lantai. Dindingnya separuh tembok, separuh lagi papan dan bilik. Mulai dari pertengahan tahun 1958 SD Tarakanita 2 mulai secara operasional. Sebagian siswanya belajar di bangunan yang sudah selesai dibangun di Jalan Wolter Monginsidi, sebagian lagi masih menumpang di Gereja Santa. 

________________________________________
II. Periode 1960-1973
    Sejalan dengan perkembangan sekolah dan tuntutan kebutuhan masyarakat akan pendidikan, pada tahun 1962 Yayasan Tarakanita mengembangkan sayapnya dengan membuka Sekolah Lanjuta, yaitu SLTP Tarakanita I dan SMA Tarakanita (sekarang SMU Tarakanita I), gedung sekolahnya satu atap dengan TK dan SD Tarakanita 2 di Jalan Wolter Monginsidi No. 118. Kelas/ruang belajarnyapun bercampur. Perlu diketahui pula bahwa SMP dan SMA adalah sekolah-sekolah menengah pertama yang dibuka Yayasan Tarakanita di Keuskupan Agung Jakarta ini, baru kemudian menyusul di tempat-tempat lain. Animo masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah Katolik, khususnya di Tarakanita sangat besar, boleh dikatakan melimpah jauh lebih besar daripada daya tampung yang mampu disediakan, pada masa itu Untuk menjawab tuntutan tersebut jumlah kelas (pararel) bertambah secara bertahap. Sampai dengan tahun 1968 SD Tarakanita sudah memiliki 4 pararel kelas dengan jumlah murid yang melimpah. Jumlah murid setiap kelasnya berkisar antara 50 s/d 60 siswa. Pembatasan jumlah siswa pada saat itu tidak seketat sekarang, hal itu dimungkinkan karena perbandingan antara animo dan daya tampung sekolah, tidak seimbang, ditambah lagi dengan misi Tarakanita untuk memberi kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat pendidikan dari lapisan bawah sampai lapisan atas. Tahun 1970 gedung sekolah untuk SMA di lokasi baru di Pulo Raya mulai dibangun. Mulai tahun 1971 SMA menempati gedung di Pulo Raya. Untuk SMA, siswa-siswanya khusus untuk wanita saja, sampai saat ini. Hal ini tidak terlepas dari trend pendidikan pada masa itu, dimana sekolah-sekolah lanjutan Katolik khususnya hanya mengkhususkan pada pria saja atau wanita saja. (ambil contoh : Kanisius, Pangudi Luhur khusus laki-laki Santa Maria, Santa Ursula (khusus wanita). Agar SD dapat masuk pagi seluruhnya pada tahun 1971-1973 siswa-siswi SD Tarakanita 2 lokasi belajarnya dibagi dua. Kelas I, II, III di Jalan Wolter Monginsidi sedang IV, V, VI menempati SMA di Pulo Raya. Kondisi gedunngya juga masih sederhana. Di sekitar gedungnya masih merupakan sawah-sawah. Tidak heran apabila hujan air masuk kelas bersama katak sawah dan hewan-hewan sawah lainnya. Tahun 1973 di Pulo Raya mulai dibuka sekolah SMEA (sekarang SMK). Siswa-siswi SD yang menumpang di Pulo Raya kembali ke lokasi di Jl. Wolter Monginsidi. Jam belajarnyapun berubah ada yang masuk pagi adapula yang masuk siang. Kepindahannya ke Jl. Wolter Monginsidi tidak semata-mata karena tergusur SMA dan SMK, tetapi lebih disebabkan oleh keluhan orang tua murid, yang merasa kedua lokasi itu sangat berjauhan. Karena banyak dari mereka yang harus berjalan jauh antara kedua jarak tersebut untuk menjemput putra-putri mereka untuk itu mereka lebih memilih masuk pagi-siang tapi lokasi belajarnya sama. Pada tahun 1973 di Jalan Wolter Monginsidi tinggal 3 sekolah yaitu TK, SD, dan SLTP. Lokasi antara sekolah-sekolah itu masih menjadi satu atap. 
  ________________________________________
III. Periode tahun 1973 - 2020
    Tahun 1982/1983 Tarakanita sudah memiliki 5 pararel kelas. Sesuai perkembangannya, maka lokasi dan sarana pendidikan Yayasan Tarakanita dirasa sudah tidak memadai lagi. Akhir tahun 1983/1984, gedung sekolah yang ada ditingkatkan. Dari gedung semi permanen, menjadi gedung berlantai tiga yang permanen dengan segala fasilitas yang menjadi tuntutan pendidikan masa itu. Selama masa pembangunan ini, ruang belajar SD menumpang di SMP. Karena keterbatasan ruang maka jumlah kelas yang masuk siang bertambah. Tahun 1985 berangsur-angsur kelas yang masuk pagi bertambah karena sudah ada gedung yang siap ditempati. Tahun 1986 seluruh gedung sudah rampung dibangun dan diresmikan penggunaannya seluruh kelas masuk pagi dan menempati gedung baru sampai hari ini. Gedung SD Tarakanita 2 berdiri diatas tanah seluas 7600 m2 dengan luas bangunan 2431,18 m2. Terdiri dari 3 lokal bangunan inti. 2 lokal terdiri dari 2 lantai dan satu lokal terdiri dari 3 lantai. Sepanjang perjalanannya SD Tarakanita 2 telah meluluskan kurang lebih 8500 orang siswa. Dari kisah perjalanan panjang sekolah ini kita dapat menarik beberapa hal yang menjadi benang merah dari periode awal sampai saat ini, hal itu adalah :

1. Sekolah-sekolah yang dibuka oleh suster-suster CB, pada awalnya adalah untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan pendidikan yang memang dirasakan sangat kurang pada masa lalu, tanpa memandang lapisan masyarakat dan golongan.
2. Sekolah-sekolah ini berkembang dari sekolah-sekolah perintis dengan segala kesederhanaannya. Karena pada awalnya adalah pengabdian pada seluruh golongan masyarakat. Bukan memang sengaja dikombinasikan untuk menjadi sekolah elite atau unggulan, dengan berbagai sarana penunjang, seperti sekolah-sekolah yang dibangun saat ini.
3. Berkembangnya sekolah-sekolah Tarakanita, menjadi sekolah dengan fasilitas lengkap dan berkesan elite adalah sebagai akibat dari dukungan masyarakat yang menjadi konsumennya, serta perkembangan dan kemajuan wilayah di sekitarnya.
4. Dukungan masyarakat itu diperoleh bukan tanpa perjuangan. Dukungan itu diperoleh karena masyarakat merasa terbantu dalam memberi pendidikan yang baik bagi putra-putrinya. Jadi yang membuat SD Tarakanita 2 bertahan sampai pada saat ini adalah karena SD Tarakanita 2 tetap konsisten dalam misi pelayanannya dan selalu berusaha untuk menjawab tantangan dan kebutuhan yang berkembang di masyarakat.

IV. Periode Tahun 2021 – sekarang

Mulai tanggal 1 Januari 2022 SD Tarakanita 2 pindah lokasi di Jalan Pulo Raya IV Nomor 17 Petogogan Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Perpindahan lokasi sekolah bertujuan untuk pengembangan pendidikan, kesinambungan dan pengintegrasian pendidikan SD Tarakanita 2, SMP Tarakanita 1, dan SMA Tarakanita 1. Proses relokasi sekolah berlangsung dengan lancar dan penuh dinamika. Kelengkapan sarana prasarana yang diperlukan secara bertahap, satu persatu diperbaharui dan dilengkapi sehingga mendukung proses pembelajaran. Kultur baru yang saling bersinergi antara SD, SMP, dan SMA Tarakanita blok Puloraya diharapkan semakin dapat menumbuh  kembangkan pelayanan yang baik bagi peserta didik di sekolah.