CAPUNG Maskot Fauna SD Tarakanita 2

Capung dipilih menjadi maskot fauna sekolah karena hewan ini masih ada dan hidup di sekitar sekolah yang beterbangan di halaman, bahkan seringkali datang bergerombolan. Sementara di wilayah lainnya capung sudah mulai langka dan berkurang populasinya. Menurut data dari LIPI Taman Raya Bogor pada tahun 1930 an masih ditemukan sekitar 55 jenis capung. Namun penelitian pada tahun 2000, LIPI hanya menemukan 19 jenis capung. Dari hasil itu sekitar 55% populasi capung sudah hilang atau punah. Penyebabnya adalaah perubahan pola lingkungan di sekitar Taman Raya Bogor yang menyebabkan hilangnya capung-capung tersebut.

Apa hubungannya capung dan lingkungan?

Capung bisa dijadikan alat indikator perairan yang masih sehat dan bersih. Selain itu capung kerap dinggap sebagai sahabat petani. Dalam rantai kehidupan, capung ternyata berguna memakan berbagai hama petani, sepeti hama wereng, cokelat, belalang kecil, dll. Pola masyarakat yang tidak menjaga perairan, menjadi salah satu penyebab makin berkurangnya populasi capung. Buang sampah di perairan, limbah rumah tangga, limbah industri dan apapun yang mencemari perairan tentu akan sangat mengganggu habitat capung. Di sisi lain, capung masih belum bisa ditangkarkan seperti halnya pada kupu-kupu. Maka akan butuh waktu lama untuk mengembalikan populasi capung.

Atas hal tersebut di atas lah yang mendasari pemilihan CAPUNG sebagai mascot fauna SD Tarakanita 2. Harapan kami dengan dijadikannya CAPUNG sebagai maskot mejadi sarana sosialisasi kepada peserta didik dan masyarakat tentang fungsi dan peran capung dalam kehidupan sebenarnya. Capung bisa digunakan sebagai alat pengukur kebersihan lingkungan tempat tinggal, khususnya di sekitar wilayah perairan. Capung bisa dijadikan media indikator kebersihan perairan. Itu sama saja tempat tinggal yang terjaga, maka siapapun yang hidup di suatu tempat yang masih ada capung yang hidup di daerah itu akan merasa betah karena udara, air dan kebersihan lingkungannya masih baik.